Pages

Senin, 09 November 2009

Belajar Tanpa henti


Alkisah, seorang penebang pohon yang sangat kuat melamar pekerjeaan kepada seorang pedagang kayu. Ia beruntung karena diterima bekerja. Selain itu ia mendapatkan posisi dan gaji yang memuaskan. Karenanya, sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja dengan optimal.

Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya. Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon. Sang majikan sangat terkesan dan berkata, “Bagus, bekerjalah sepeti itu, “

Penebang pohon itu semakin termotivasi saat mendapatkan pujian dari majikannya. Pada keesokan harinya, ia kembali bekerja keras, tetapi hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon kayu. Pada hari ketiga, ia hanya berhasil merobohkan 10 batang Pohon. Hari hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkan makin sedikit.

“aku mungkin telah kehilangan kekuatan. “pikir penebang pohon itu

kemudian penebang pohon itu menemui maikannya dan meminta maaf kepadanya. Tanpa di tanya ia mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui apa penyebab kinerja kerjanya menurun dilihat dari jumlah pohon yang berhasil ditebangnya.

“kapan saat terakhir engkau mengasah kapak ?” tanya sang majikan
“mengasah ? Saya tidakpunya waktu untuk mengasah kapak. Saya sangat sibuk mengapak pohon. “ jawabnya.

Sekarang ini, banyak orang yang lebih sibuk dari sebelumnya, tetapi mereka tidak lebih bahagia dari sebelumnya. mengapa ? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya agar 'kapak” kita tetap tajam ?

Kita sering disibukkan oleh aktivitas yang menyita waktu. Kita kerja keras habis-habisan sehingga mengabaikan hal penting yang sebenarnya dilakukan. Berkerja keras dan beraktivitas bukanlah sebuah kesalahan. Apa yang kita lakukan menjadi tidak berarti jika kearifan kita tidak bertambah.

Kita semua membutuhkan waktu untuk berfikir, merenung, belajar dan bertumbuh. Jika kita tidak punya waktu untuk mengasah kampak, kita akan kehilangan efektivias.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar